Website Resmi Pemerintah Nagari Sungai Gimba Ulakan

Artikel

Prosesi Mauludul Syarafal Anam Di Nagari Sungai Gimba Ulakan

11 November 2019 12:44:48    262 Kali Dibaca 

Mauludul Syarafal Anam

(tradisi memperingati maulud Nabi Muhammad.SAW dalam adat salingka nagari ulakan lama)

Narasumber : KZ.Khatib Ibrahim          Penulis  : Deri Zamitra.SE        Idea Theme : Iza Nasrul.S.Pd

Maulud Nabi merupakan acara keagamaan mengenang kelahiran Nabi Muhammad.SAW. umat islam di seluruh pelosok dunia memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad.SAW ini. Berbagai ritual keagamaan yang dilakukan berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Di Padang Pariaman maulud Nabi diperingati dengan keunikan tersendiri dan penuh dengan nilai-nilai sosial kemasyarakatan termasuk di Nagari Sungai Gimba Ulakan.

Di Nagari Sungai Gimba Ulakan khususnya atau Nagari Ulakan lama umumnya, maulud Nabi diperingati dengan melantunkan Syrafal Anam yang berisi tentang hikayat kelahiran Nabi Muhammad.Saw, kisah-kisah para Sahabat dan kisah keluarga Nabi Muhammad.SAW. Syarafal Anam dilantunkan oleh beberapa orang pandai dikie yang disebut dengan “padikie”. Pandai dikie dalam melantukan syair terdiri dari 2 orang atau satu pasang. Untuk menentukan beberapa pasang “padikie” di suatu acara maulud tergantung permintaan masyarakat Korong melalui rapat Korong yang sering disebut dengan “manyongsong bulan”.

Menurut pendapat KZ.Khatib Ibrahim " Sepanjang ada dalilnya dan tidak adanya larangan, Maulud Nabi Boleh dilakukan, namun tidak boleh berlebih-lebihan yang menimbulkan sifat ria dan mubazir,  tapi semata-mata hanya untuk ungkapan cinta dan mengenang kelahiran rasulullah". Imam dan Khatib sebagai pemegang "Ampu Syarak" di ulayatnya yaitu tanah baulayat 'Rang Kayo Rajo Mangkuto" untuk daerah sungai gimba panjang berperan penting dalam menyampaikan pesan "syarak" kepada umat/sanak kamanakan di ulayatnya maupun pesan "adaik" kepada ulama dan masyarakat di ulayatnya.

Acara Mauludul Syarafal Anam diadakan disetiap Korong, untuk kenagarian Sungai Gimba Ulakan diadakan di Surau Gadang Sikabu Dan Surau Buluah Kasok Sei.Gimba Ganting. Diawali acara rapat di Korong  atau kita menyebutnyan rapat“manyongsong bulan”. melalui rapat inilah ditentukan kebulatan masyarakat tentang diadakan maulud atau tidak, beberapa pasang pandai dikie, waktu dilaksanakan, jumlah iyuran yang dikenakan dan lain sebagainya yang dianggap perlu.

(Foto: suasana rapat manyongsong bulan di salah satu surau di Nagari Sungai  Gimba)

Peran “labai’ di acara maulud sangat sentral dan penting karena usulan mengenai diadakan maulud barawal dari usulan “labai” sebagai “tonggak tuo” di surau atau pemimpin masyarakat dibidang keagamaan. Surau merupakan pusat keagamaan, kemasyarakatan dan kebanggaan bagi masyarakat suatu Korong, karena setiap Korong dapat dipastikan memiliki “surau”. Tuanku Kali atau Tuanku Qhadi adalah "Pucuak Syarak" dalam adat salingka nagari (Nagari Ulakan Lama), Imam dan Khatib merupakan "Pucuak Syarak" di ulayatnya dan Labai adalah " Pucuak Syarak" di Korongnya. Ketiga Unsur itu diangkat dan ditunjuk oleh Ninik Mamak sebagai 'Papanjangan Lidah" dan menyampaikan pesan adaik maupun pesan syarak.

Rapat Korong "manyongsong bulan" diadakan sekitar satu bulan sebelum acara maulud Nabi. Setelah semua disepakati dalam acara “manyongsong bulan” maka masyarakat Korong menunggu hari pelaksanaan. Mendekati hari H, seluruh komponen/perangkat Korong sibuk mengundang. Adapun perangkat “parangkok” Korong ini adalah Labai, wali Korong dan kapalo mudo atau dikenal dengan “tali tigo sapilin”. Tiga unsur inilah yang bahu membahu melaksanakan ketetapan Korong yang telah ditetapkan dari musyawarah Korong “mufakaik Korong”. Tiga unsur ini juga yang akan mengundang sesuai dengan bagiannya masing. Tuanku dan labai mengundang bagian keagamaan, wali Korong mengundang bagian pemerintahan dan kapalo mudo mengundang bagian kemasyarakatan. Disamping tiga “parangkok Korong” tersebut, juga turut mengundang Urang tuo, ninik mamak, cadiak pandai yang ada dalam Korong.

setelah hari maulud yang disepakati tiba seluruh masyarakat Korong terutama pemuda Korong sibuk menyiapkan tempat “badikie” dan membersihkan surau dan pekarangannya. Rentetan acara maulud nabi dimulai maghrib dan berakhir maghrib esok harinya. Pukul 18.00 wib s/d pukul 22.00 wib masyarakat sibuk dengan menyusun “nokopi” sambil menyongsong tamu undangan yang sudah mulai berdatangan dan sebagai masyarakat korong "induak induak" disibukan dengan membuat "lamang" dirumah masing-masing. sebagian dari "lamang" yang dibuat ini sebahagian di sedekahkan ke surau da sebahagian lagi diantarkan kerumah "ipa bisan".

Menurut KZ.Khatib Ibrahim “Nokopi adalah hidangan kue, cemilan basah maupun kering serta buah-buahan dalam piring yang disusun bertingkat keatas". Tinggi  suatu “nokopi” bervariasi mulai dari 1 meter s/d 2,5 meter bahkan ada yang mencapai 3 meter. “Nokopi”dibuat oleh keluarga masyarakat terutama keluarga yang baru memiliki menantu baru “baru baru”. Kegunaan dari nokopi adalah hidangan ringan perintang ngantuk bagi ulama yang memimpin doa, pandai dikie yang melantunkan hikayat dan kisah Nabi, tamu undangan dan masyarakat Korong yang begadang sampai shubuh.

 (foto: masyarakat sedang menyusun nokopi)

Prosesi puncak dari maulud nabi dimulai dari Pukul 22.00 wib s/d pukul 05.00 wib (shubuh). diawali dengan menjemput ulama satu persatu oleh "janang" dan dipersilakan duduk tempat yang telah tentukan oleh janang. prosesi mendudukan ulama (urang syarak) ini disebut dengan "manduduak an urang siak". yang bertugas menjemput ulama dan mempersilakan duduk ini dilakukan oleh "janang" yang ditunjuk oleh "Rajo Janang". Rajo Janang adalah Imam dan Khatib yang ada diulayat tempat memperingati maulud nabi.

tempat duduk ulama itu sendiri sudah ditetapkan, yang paling dulu dijemput adalah "tuanku kali" dan duduknya di tengah-tengah mihrab surau "mighok surau". Tuanku kali adalah tokoh paling senior dibidang keilmuan, wawasan dan kewibawaannya serta diangkat dan ditun juk oleh "niniak mamak". tuanku kali lingkupnya seluruh ulama seluruh ulakan lama atau nagari ulakan sebelum pemekaran. setelah tuanku kali duduk di kedudukannya dilanjutkan di samping kanan yaitu Tuanku Khalifah Pakaian dan sebelah kiri yaitu Tuanku  Khalifah Syekh Tibarau. Kemudian dilanjutkan oleh Tuanku-Tuanku (Ulama) yang diundang dan hadir, setelah itu dilanjutkan Imam dan Khatib. Bagian Ujung kanan dan kiri ditutup oleh Labai serta pagawai.

setelah semua ulama telah duduk maka didudukan pula pandai dikie "padikie" sesuai berapa pasang yang diminta. tempat duduk pandai dikie menghadap mihrab (mighok) berhadapan dengan duduk tuanku kali. kemudian "padikie" meminta izin kepada ulama melalui "kato pasambahan" tentang memulai malantunkan "hikayat dikie". setelah "pasambahan" selesai maka padai dikie langsung melantunkan/mendendangkan hikayat dan kisah tentang kelahiran nabi muhammad.SAW yang merupakan rahmat semesta alam.

(Foto Shalawat Dulang : Diambil dari Id.Wikipedia.Org)

Keesokan harinya dilanjutkan dengan prosesi "shalawat dulang". Menurut Kz.Khatib Ibrahim " Shalawat dulang adalah bernyanyi lagu-lagu islami sambil "manokok-nokok dulang". Shalawat dulang dibawakan secara berpasang-pasangan secara bergantian. Disaat "padikie" malakukan shalawat dulang, masyarakatpun berbondong-bondong ke Surau dengan membawa makanan berupa "nasi bajamba". Sekitar pukul 17.00 Wib (sore hari) salah seorang dari ulama memimpin "doa basamo" dan seluruh masyarakat berjejeran duduk didepan "nasi bajamba". setelah "doa basamo" selesai dilanjutkan dengan "makan bajamba" dengan serentak bersama-sama.

(Foto Makan Bajamba : diambil dari Cococast.Com)

Makan Bajamba sangat erat dengan kebersamaan, persatuan dan kesatuan karena seluruh lapisan masyarakat melebur jadi satu dalam bingkai kekeluargaan. Susuai dengan paparan Wali Nagari Sungai Gimba Ulakan Bapak Irman Tiardi.A.Md saat diwanwancarai oleh penulis ketika sedang meninjau pembangunan gedung serba guna yang telah mencapai 80% " makan bajamba adolah kebiasaan rancak dari masyarakaik kito dan mari kito lestarikan dan mangenai Maulud Nabi tahun ini baiak di surau gadang maupun surau buluah kasok, Pemerintahan Nagari siap membantu apo nan bisa dibantu bahkan Pemerintahan nagari turut sato ma undang jiko memungkinkan nantinyo". terjemahan " makan bajamba adalah kebiasaan yang baik dan mari kita lestarikan dan mengenai maulud nabi tahun ini di surau gadang sikabu maupun di surau buluah kasok, pemerintahan nagari siap membantu apa yang bisa dibantu bahkan pemerintahan nagari turut serta mengundang jika memungkinkan nantinya". Maulud Nabi Syarafal Anam di Nagari Sungai Gimba atau Nagari Ulakan Lama umumnya melibatkan segala unsur dan lapisan masyarakat dengan semangat gotong royong, kekeluargaan dan kerjasama.

 

(Red:DZ).

 

Note:

-Artikel hanya untuk media informasi dan referensi, jika ada kesalahan makna kata, arti kata dan penulisan mohon dikoreksi dan pemilihan foto hanya  untuk memperjelas narasi bagi pembaca.

-Dapat disampaikan kepada seluruh masyarakat Kenagarian Sungai Gimba bahwa Maulud Nabi di Surau Gadang Sikabu adalah hari kamis-jumat tanggal 21-22 November 2019. Untuk Maulud Nabi di Surau Buluah Kasok Sei.Gimba Ganting belum ditetapkan tanggalnya.

Kirim Komentar


Nama
No. Hp
E-mail
Isi Pesan
  CAPTCHA Image [ Ganti gambar ]
  Isikan kode di gambar
 


Sinergi Program

Dukcapil Ceria Android Open Desa
SIKS NG SIPAKEM
CEK TAGIHAN PLN CEK TAGIHAN BPJS SAMSAT ONLINE
BPS Info Covid-19

Facebook Nagari

Perkiraan Cuaca

booked.net

Wilayah Desa

Aparatur Desa

Back Next

Agenda

Statistik Penduduk

Komentar Terbaru

Info Media Sosial

Lokasi Kantor Desa


Alamat : Jl. Syekh Madinah, Korong Sungai Gimba Gantiang Barat
Desa : Sungai Gimba Ulakan
Kecamatan : Ulakan Tapakis
Kabupaten : Padang Pariaman
Kodepos : 25572
Telepon :
Email :

Statistik Pengunjung

  • Hari ini:26
    Kemarin:13
    Total Pengunjung:42.815
    Sistem Operasi:Unknown Platform
    IP Address:172.25.88.3
    Browser:Mozilla 5.0

Arsip Artikel

01 Agustus 2019 | 8.062 Kali
SEJARAH NAGARI SUNGAI GIMBA ULAKAN
18 Juli 2013 | 8.004 Kali
Kontak Kami
26 Juli 2019 | 7.945 Kali
Profil Wali Nagari
02 Agustus 2019 | 7.944 Kali
Profil Perangkat Nagari
02 Agustus 2019 | 7.920 Kali
Profil Wali Korong
02 Agustus 2019 | 7.920 Kali
Profil Staf Pemerintah Nagari
01 Agustus 2019 | 7.911 Kali
Kepemudaan Sungai Gimba Dari Masa Ke Masa.